Novel “Mata Kering Mata Cinta”

Bambang Aris KPenulis: Bambang Aris Kartika
Halaman:240 hlm.
Ukuran: 16 x 22 cm
Terbit: 2011
Penerbit: Kepel Press, Anggota IKAPI, Yogyakarta
ISBN: 978-602-9374-13-1


Yekti terpaksa buka mulut tentang hubungan yang terjalin selama ini, tidak hanya dengan Agung, tapi juga dengan aktivitasnya bersama kalangan gerakan pro demokrasi. Sebenarnya, tujuan aparat keamanan itu bukan semata-mata ingin menangkap Agung, melainkan mereka ingin menggulung dan memutus jaringan aktivis gerakan bawah tanah yang selama ini oleh mereka diindikasikan sebagai orang-orang yang sangat membahayakan negara. Mereka ingin mengetahui siapa-siapa saja orang-orang yang selama ini berada di belakang aktivis gerakan mahasiswa pro demokrasi serta LSM-LSM yang kritis terhadap penguasa. Makanya tidak heran apabila dia selama ini masuk daftar orang-orang yang harus diwaspadai dan dicekal.

Pegunungan Sumagaya, Philipina.

Secarik surat berlumuran bercak merah darah, terserak di antara puing-puing bangkai pesawat serta serpihan tubuh manusia yang tercecer. Angin pegunungan yang keras, menerbangkan sepucuk surat tersebut, terlempar, menjauhi puing-puing pesawat dan merangkak pergi dari lokasi jatuhnya pesawat. Terselip di sela-sela batu-batu gunung. Lantas, hilang.

Lengang. Sunyi membekap Bukit karangjati. Senyap dan dingin. Itulah kesan Bukit karangjati setelah eksekusi pada tubuh dargo dilakukan. Hanya burung pemakan bangkai berputar-putar di punggung bukit.

Hanya saja, melintas bayangan wajah Darti serta saputan wajah seorang anak laki-laki yang dia sendiri takut untuk menggambarkannya di balik bening genangan air hujan dan sepasang merpati di atas dahan pohon. Entah oleh alasan kenapa, dia sekarang tidak bisa menangis. Sepasang matanya telah kering, oleh karena sumber air matanya sudah terkuras habis. Pemakaman kembali lengang. Sunyi tapi begitu damai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *