Pegunungan Sumagaya, Philipina.
Secarik surat berlumuran bercak merah darah, terserak di antara puing-puing bangkai pesawat serta serpihan tubuh manusia yang tercecer. Angin pegunungan yang keras, menerbangkan sepucuk surat tersebut, terlempar, menjauhi puing-puing pesawat dan merangkak pergi dari lokasi jatuhnya pesawat. Terselip di sela-sela batu-batu gunung. Lantas, hilang.
Lengang. Sunyi membekap Bukit karangjati. Senyap dan dingin. Itulah kesan Bukit karangjati setelah eksekusi pada tubuh dargo dilakukan. Hanya burung pemakan bangkai berputar-putar di punggung bukit.
Hanya saja, melintas bayangan wajah Darti serta saputan wajah seorang anak laki-laki yang dia sendiri takut untuk menggambarkannya di balik bening genangan air hujan dan sepasang merpati di atas dahan pohon. Entah oleh alasan kenapa, dia sekarang tidak bisa menangis. Sepasang matanya telah kering, oleh karena sumber air matanya sudah terkuras habis. Pemakaman kembali lengang. Sunyi tapi begitu damai.